. Erection girder no.6 bentang ke 7 ini salah satu tumpuannya telah duduk tepat di atas balas bearing pad, sedangkan satu tumpuannya lagi dalam proses akan mendudukkan di atas bearing pad, pada saat inilah musibah itu terjadi. Girder no. 6 ini terguling ke sisi barat menimpa girder no. 5 dan seterusnya terjadi efek saling tindih begitu cepat, sehingga 6 buah girder pada bentang ke-7 jatuh ke dasar laut dan patah menjadi beberapa bagian. Efek saling tindih ini terjadi karena jarak as ke as girder 1,85m, sedang tinggi girder 2,10 m. Akumulasi beban girder yang terguling tidak mampu ditahan oleh kekuatan bracing pada masing-masing girder.
Semua prosedur pelaksanaan erection girder dengan sistem kura-kura ini telah dilaksanakan dengan baik dan ekstra hati-hati. Erection girder pada bentang ke-5 dan ke-6 pun telah dilaksanakan dengan metode yang sama dengan bentang ke-7. walau demikian musibah tidak terelakkan dan akhirnya menelan korban satu orang tenaga erection girder yang berpengalaman meninggal dunia.
Setelah dilakukan penelitian oleh pakar struktur jembatan suramadu, tidak ditemukan adanya cacat struktur yang dapat membahayakan jembatan untuk jangka panjang, sehingga dinyatakan aman untuk dilanjutkan pelaksanaan pembangunan lagi.
Kronologi Kejadian
12.30 wib
Girder dibawa dari stock yard ke lokasi
13.00 wib
Girder diangkat dan diletakkan diatas 'kura-kura' untuk kemudian ditarik dan diposisikan pada tempat yang diinginkan. Setelah tepat pada posisi yang diinginkan, girder diangkat dengan dongkrak untuk diletakkan pada pier head. Dongkrak diturunkan, dan terjadilah musibah.
14.10 wib
Balok girder yang mempunyai berat 80 ton dengan dimensi panjang 40 meter, tinggi 2,1 meter, dan lebar 0,8 meter tersebut tiba-tiba bergoyang kemudian terjadi goyangan (ketidak seimbangan), sehingga akhirnya balok pelan pelan terguling menyandar ke balok 5. Karena mendapat gaya lateral akhirnya balok 5 juga terguling menyandar ke balok 4, demikian seterusnya. Karena balok 1 tidak ada sandaran, maka berakibat balok secara keseluruhan jatuh ke laut dan patah.
Tinjauan kestabilan Balok Girder
Kestabilan konstruksi pilar P6 dan P7 tidak terganggu pasca jatuhnya 6 buah girder pada bentang ke-7 dalam menerima beban horisontal Wh (total) = 20 ton. (gambar 4)
Apabila gaya resultante Wh (total) disebar merata dengan sudut penyebaran 45º, maka minimal ada 4 buah tiang yang menerima beban horisontal sebesar 20 t/4 = 5 ton/tiang, masih lebih kecil dari kemampuan daya dukung horisontal tiang tegak Ha = 8,5 t.
Adanya pergeseran horisontal sebesar 14 mm pada pilecap masih dalam batas wajarsebelum pelaksanaan evakuasi girder. Prediksi defleksi horisontal tiang dibawah seabed di dekat virtual fixed level sekitar 5 mm, hal ini menandakan bahwa defleksi tiang masih dibawah pergeseran normal (= 10 mm).
Setelah proses evakuasi semua girder selesai, dari pengukuran diperoleh hasil pergeseran horisontal sebesar 3 mm. Prediksi defleksi horisontal tiang di bawah seabed sekitar 1 mm. Hal ini menandakan bahwa konstruksi pilar telah kembali pada keadaan semula sebelum musibah runtuhnya 6 buah girder.
" Kita semua prihatin atas musibah yang terjadi ini, yang jelas dibalik musibah akan terkandung hikmah yang besar.
Sikap keterbukaan Pemimpin Proyek Induk beserta jajarannya yang terkait"
langsung pada Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu ditunjukkan dalam kejadian ini. Tidak ada hal-hal yang perlu ditutup-tutupi atau bahkan disembunyikan, memutar balikkan fakta, merekayasa jawaban atas pertanyaan para penyidik, wartawan media cetak dan elektronik, lembaga profesi, anggota Dewan yang terhormat, bahkan sampai ke level Dirjen dan Menteri Kimpraswil karena yang terjadi benar-benar diluar dugaan dan kemampuan kita.
Mengapa Balok Girder Patah ketika rebah?
Gelagar jembatan Suramadu adalah Girder Beton Pratekan Pracetak Segmental yang berpenampang I. Pemasangan girder tersebut direncanakan dalam posisi berdiri tegak, apabila girder tersebut terguling atau dalam posisi tidur maka akan berakibat patah. Berdasarkan analisa struktur praktis, dengan pembebanan berat sendiri girder yang dikalikan dengan suatu koefisien kejut ( anggap saja sebesar 1,5), mutu beton K 500, dan beban pratekan sesuai dengan rencana, maka diperoleh tegangan-tegangan di dalam girder sebagai berikut :
Tegangan tarik yang terjadi pada beton adalah -968,0 kg/cm2, sedangkan kemampuan tegangan tarik rencana beton yang diijinkan sebesar -10,4 kg/cm2. Tegangan tekan yang terjadi pada beton adalah 1219,9 kg/cm2, sedangkan kemampuan tegangan tekan beton yang diijinkan sebesar 194,5 kg/cm2. Dengan dememikian bisa dipastkan dalam kondisi rebah balok gider akan patah.